Rabu, 10 Oktober 2012

BERBAGI KISAH KASIH ASI 2011-TAMBAH ASI TAMBAH CINTA ( a Letters to My Baby Asha )

09 Mei 2011 -- 22.03 WIB.... My new chapter of life began.... Lahirnya kamu membuat aku sempat 'blank spot', karena agak shock bingung mau ngapain. Untungnya naluri keibuan ku menuntun ku untuk meraih mu dek, walau sebelumnya aku paling takut (bahkan tidak pernah) menggendong bayi yg baru lahir. Flash back niat, kalau setelah melahirkan normal aku ingin memberi mu ASI. Karena aku dulu harus cukup puas dengan susu sapi, itulah yang membuat ku bertekad kamu harus mendapatkan susu berjuta manfaat ini. Kelihatannya simple dek, tp ketika kita tengah 'belajar' untuk saling menyentuh, kamu lebih asik untuk tidur. alhamdulillah para suster dan bidan di Rumah Sakit turut berperan dalam prsoses belajar kita. Mereka menggelitik kaki mu supaya kamu bangun dan kemudian mencari puting untuk menyusu. It's not work for a few first time, but we've tried it again and again. Akhirnya.... kamu pun menyusu dengan lahap. Moment yang ga bisa dilupakan bagaimana kamu begitu menyukainya, believe it or not, aku merasa jadi ibu yang paling berbahagia di dunia ini :) Keinginan mu untuk menyusu sangat kuat, setiap kurang dari satu jam kamu pasti nangis, dan hanya bisa diredakan dengan menyusu. Belajar menyusu dihari pertama membuat puting ku lecet, terasa perih... tapi aku berusaha tersenyum dan tetap menyusui mu. Hari berikutnya bertambah parah, membuat aku berusaha mencari tau penyebab puting lecet dan cara untuk menanggulanginya. Memperbaiki posisi lacht on, sedikit 'memaksa' mu untuk menutupi areola ketika menyusu, mengolesinya dengan ASI sebelum dan sesudah kamu menyusu, sampai menggunakan salep. Usaha tersebut tidak terlalu signifikan mengurangi rasa sakit, bahkan akhirnya sempat luka lecet pada puting kanan. Membuat aku harus mengistirahatkannya sementara dari menyusu namun terus dipompa. Dek.... kondisi menyusu menjadi sangat mendebarkan untuk aku... jujur, aku selalu takut ketika kamu mulai menangis dan aku harus menyusui mu. Mulut mulai aku tutup dengan bantal kecil supaya jeritan mama tidak mengagetkan mu ketika mulut mu mulai memasuki puting. Berusahan agar kamu merasa semuanya baik-baik saja dan kamu tetap bisa menyusu dengan tenang. Aku terus menegarkan hati, it worth the pain. Papa mu, ummi, datuk, eyang putri, eyang kakung, dan bude-bude mu selalu menghibur kalau kondisi tersebut akan berlalu. Namun hal itu terlanjur membuat aku terkena baby blues karena kamu pun kolik. Start dari jam 10 malam kamu terus menerus menangis. Digendong, ditimang-timang, dinyanyikan, ganti baju dan diapers mu sesering mungkin, suhu ruangan dibuat senyaman mungkin, sampai aku senandungkan kalam Ilahi tidak cukup membuat kamu menjadi tenang. Sukses kita bergadang sampai pukul 3 pagi. dan kondisi itu terjadi setiap malam. Tidak sampai disitu, perut mu yang kala itu tampak lebih besar dari pada ukuran badan membuat aku khawatir terjadi sesuatu pada mu. Papa mu dan aku pun membawa mu ke dokter anak pada saat usia mu 3 minggu. Pada saat itu kurang lebih begini percakapannya : Mama : "Dok, perut anak saya agak lebih besar dan keliatan kembung" (dokter mengecek kondisi perut, mata, kulit, dan sensor perasa kamu) Dokter : "Wah... dokter ga punya obat untuk mengecilkan perut, tp nanti kalau sudah gadis pasti bisa kecil perutnya" Papa : "Kuningnya gimana, dok?" Dokter : "Masih agak kuning sih, tp wajar untuk usia baby baru lahir. Terus saja dijemur di bawah matahari pagi. Tapi... beratnya 3.3Kg cuma naik 0.3Kg dari berat lahir. Mimiknya gimana bu?" Mama : "Nyusunya kuat banget koq , dok. hampir tiap jam minta nyusu" Dokter : "ASI nya banyak? Mama : "Banyak dok, malah sering kali tersedak ketika nyusu" Dokter : "Dari mana ibu tau kalau ASInya banyak? Berat badannya cuma nambah 0.3Kg, 1 minggu lagi sudah 1 bulan usianya. Berat ideal harusnya bertambah 70% dari bobot lahir. Mama & Papa : (terdiam kesal namun juga khawatir) Ketika tiba di rumah pun ummi dan eyang putri mu menanyakan kondisi kamu dan nasihat dari dokter, dan mereka pun mengultimatum jika 2 minggu menuju imunisasi kedua kamu tidak ada perubahan terhadap berat badan, maka sebaiknya ditambah sufor. Glek... hati mama kebat-kebit mendengarnya. Untung papa mu yang menenangkan dan meyakinkan kalau semua masih ada waktu untuk menambah berat badan mu cukup dengan ASI. Tiba waktunya kamu untuk imuniasi yang kedua, usia mu 1 bulan 1 minggu. Suster pun menimbang berat badan mu... "4.4Kg ya bu, bagus nih", kata suster. Syukur pun terucap berkali-kali dalam hati. Kamu naik 1.4 Kg dari berat lahir dek, setelah sebelumnya divonis kurang berat badan.... Alhamdulillah wa syukurillah.... Alhasil kita pun ganti DSA dengan yang lebih detail dan informatif :) and today, Usia mu sudah 5 bulan, 1 bulan menuju ASI ekslusif seperti impian dan cita-cita ku. Mudah2an bisa sampai dengan 1 tahun, dilanjutkan menjadi 2 tahun. Mama tetap memerah ASI di kantor semampu mama. Walau kadang mama harus berbagi waktu dengan pekerjaan yang semuanya marked as an urgent. Kadang mama stress dan ASIP turun drastis. Tapi, kamu yang terpenting untuk mama dek... Melahirkan mu hanya awal dari sebuah perjuangan besar yang panjang. Membesarkan mu itulah titik terpenting dalam hidup mama. Kamu adalah amanat, dan kamu adalah kunci syurga kita berdua sebagai orang tua mu. Walau aku bukanlah ibu yang sempurna, but believe me, I'm trying my best, hingga detik ini ketika aku sedang menulisnya.... Berharap suatu hari nanti kamu pun bisa berjuang untuk anak mu kelak, dan menularkan perjuangan kepada yang lain agar setiap bayi bisa mendapatkan hak nya , yaitu ASI..... -Jakarta, 09 Oktober 2011-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar